MAKASSAR, Deteksiplus.Id - Organisasi masyarakat sipil, KITA Bhinneka Tunggal Ika kembali menggagas program nasional bertajuk Education for Peace 2025. Sebuah gerakan pendidikan damai yang bertujuan menanamkan nilai-nilai perdamaian, mencegah kekerasan di sekolah, serta membangun ekosistem pendidikan yang aman dan inklusif.
Program yang dilaksanakan di lima wilayah Indonesia—Banda Aceh, Malang, Surabaya, Makassar, serta Palu/Sigi—ini menggandeng sekolah-sekolah unggulan sebagai mitra pelaksana daerah.
Untuk wilayah Makassar, SMP Negeri 1 Makassar terpilih menjadi mitra utama sekaligus lokasi pelaksanaan pelatihan bagi para pendidik dan orang tua.Kegiatan pelatihan berlangsung di aula SMPN 1 Makassar dengan peserta sasaran guru-guru dari berbagai sekolah di Kota Makassar.
Pelatihan ini membahas topik-topik penting seperti bullying, kekerasan di ruang pendidikan, serta strategi pencegahan dan penanganan kekerasan di lingkungan sekolah.
Direktur KITA Bhinneka Tunggal Ika, Therry Alghifary, menyampaikan bahwa program ini merupakan bentuk kolaborasi antara masyarakat sipil dan satuan pendidikan dalam membangun budaya damai di sekolah.
“Kami percaya bahwa guru dan orang tua adalah kunci utama dalam membentuk karakter anak yang toleran, empatik, dan bebas dari kekerasan. Karena itu, kolaborasi dengan sekolah seperti SMPN 1 Makassar menjadi sangat strategis,” ujar Therry Alghifary, Minggu (5/10).
Diketahui, fenomena kekerasan di lingkungan pendidikan masih menjadi tantangan besar. Berdasarkan laporan Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), sepanjang 2024 tercatat 573 kasus kekerasan di satuan pendidikan, meningkat lebih dari 100 persen dibandingkan tahun sebelumnya.Dari angka itu, kekerasan seksual menjadi bentuk yang paling banyak terjadi (42 persen), disusul perundungan (31 persen), kekerasan psikis (11 persen), kekerasan fisik (10 persen), dan diskriminasi kebijakan (6 persen). Situasi serupa juga terjadi di tingkat lokal.
Menurut data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Makassar, sepanjang tahun 2025 terdapat 265 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, di mana 146 kasus melibatkan korban anak—baik di lingkungan rumah maupun sekolah. Jenis kekerasan yang paling sering dilaporkan meliputi kekerasan verbal, fisik, serta kekerasan seksual.
Sementara itu, penelitian lokal di beberapa sekolah menengah di Makassar menunjukkan bahwa bentuk kekerasan yang paling sering dialami siswa adalah perundungan, baik dalam bentuk ejekan verbal maupun intimidasi sosial.
Di sisi lain, sebagian besar guru belum memiliki pemahaman yang memadai mengenai pendekatan disiplin positif dan cara menangani kasus kekerasan tanpa kekerasan.
KITA Bhinneka Tunggal Ika menilai SMPN 1 Makassar memiliki peran penting dalam menjadi teladan penerapan pendidikan damai di daerah.
Sekolah ini diharapkan menjadi pusat pembelajaran bagi guru-guru lain di Makassar untuk mengadopsi pendekatan serupa.
Melalui kerja sama ini, diharapkan muncul model praktik baik dalam membangun budaya sekolah yang ramah anak, bebas kekerasan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
“Kami ingin setiap anak di Makassar bisa belajar tanpa rasa takut, setiap guru mampu mendidik dengan kasih, dan setiap sekolah menjadi ruang tumbuh yang aman bagi semua,” tutup Therry.
Terpisah, Kepala UPT SPF SMPN 1 Makassar Dr.Suaib Ramli menyampaikan lewat Education for Peace 2025, para peserta akan dibekali pengetahuan mengenai konsep disiplin positif, nilai-nilai perdamaian, strategi menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif, serta mekanisme pelaporan kekerasan di sekolah.
Program ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas guru dan orang tua agar lebih tanggap terhadap indikasi kekerasan dan mampu menciptakan ruang belajar yang menghargai perbedaan.
“Membangun budaya damai tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Butuh kolaborasi lintas sektor agar nilai-nilai perdamaian menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di sekolah,” jelas Suaib Ramli.
Suaib menilai kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guru yang tentunya dengan mengikuti kegiatan ini akan punya kompetensi dan wawasan serta solusi dalam mencegah kekerasan anak dalam ruang pendidikan.
"Kami juga berharap kegiatan ini bisa juga diimbaskan ke seluruh guru se kota Makassar baik negeri maupun swasta, ke depan kami juga akan berkolaborasi Yayasan KITA untuk pengimbasan ke MGMP se kota Makassar yang akan difasilitasi oleh Dinas Pendidikan," paparnya.
Laporan: Sabaruddin